Total Tayangan Halaman

9 Maret 2016

Tangan Tuhan Telah Bekerja (selesai)

Kegalauan selalu mewarnai hari-hariku karena belum ada keputusan yang kuambil, sholat istikharahpun tidak menguatkan keputusanku untuk segera mutasi. hingga tiba-tiba siang itu saat aku dikantor, suara hpku berdering. diseberangsana suara sepupuku yang nampak panik mengabarkan kalau Bapak pingsan. meledaklah tangisku saat itu, karena selama ini Bapak tidak pernah sakit, Bapak selalu rajin berolahraga dan menjaga makan.

ditemani temanku satu ruangan aku langsung ke rumah sakit, beliau di UGD dengan mulut penuh dengan darah. Kata dokter Bapak stroke, pembuluh darah pecah sehingga mengeluarkan banyak darah. sehari di rawat di ICU yang maha Kuasa memanggil Bapak tepat setahun setelah meninggalnya Ibu.

Tidak ada cobaan yang lebih berat rasanya dibandingkan waktu itu dalam waktu satu tahun aku kehilangan orangtua yang sangat baik terhadap anak-anaknya, orangtua yang sangat sabar, halus tutur katanya. Dan yang paling membuatku sedih selain belum bisa membuat mereka bahagia adalah banyak ilmu dari mereka yang belum bisa aku aplikasikan. Aku masih membutuhkan bimbingan mereka.

Takdir berkata lain, aku yang biasa manja, sedikit-sedikit minta tolong orangtua harus memulai babak baru. Tidak lama sejak bapak meninggal surat mutasiku di setujui dan aku pindah ke Surabaya. Iya, aku ditempatkan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

menjalani hidup baru di Surabaya bersama suami setelah 4 tahun LDR serasa pengantin baru, banyak yang perlu diadaptasikan.  Ternyata suami kurang setuju kalau aku bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi karena sering ada kegiatan dinas ke luar kota.

Suatu hari ada pendaftaran beasiswa S2 dari  Kemenkes yang dikoordinir oleh Kantor masing-masing, dan aku baru tahu dihari terakhir pendaftaran. Untung semua berkas ada copyannya di kantor, sehingga hari itu aku bisa memasukkan mendaftar. Itupun diomelin petugas pendaftarannya karena berkas sudah mau dikirim dan surat pengantarnya sudah ditandatangani Kepala Dinas.

"Kemana aja mbak koq baru masukin berkasnya?" surat pengatarnya sudah jadi, nanti mau tak kirim lewat pos kata petugas
"Hehe iya Bu, maaf baru tahu tadi pagi soalnya, kalau sudah nggak bisa nggak papa Bu, mungkin next time bisa ikut lagi. "jawabku saat itu

Pasrah saja lah, karena memang belum ada keinginan mau melanjutkan S2, karena kondisi lagi hamil trimester terakhir anak ketiga, dipikir-pikir bakal rempong nanti kalau sekolah.

Namun hati kecil, jika rejeki tak akan kemana karena kesempatan tidak datang dua kali. Tiba-tiba ingat dulu obrolan bersama Bapak. Saat Bapak menawarkan ke aku untuk melanjutkan S2 sesaat setelah wisuda S1. Saat itu tiba-tiba aja jawab "Nggak Pak, nanti saja, Saya maunya S2 beasiswa aja". Karena saat itu memang nggak tega jika harus ngrepotin Bapak lagi untuk membiayai sekolah.

Sebulan kemudian pengumuman seleksi administrasi dan namaku muncul disana. Alhamdulillah, rupanya petugasnya baik hati untuk memasukkan berkasku. Hihihi

Selama kuliah S2, hampir semua teman satu jurusan saat itu adalah para dosen. Mendengarkan cerita-cerita mereka membuat aku punya cita-cita baru. Iya, aku ingin menjadi dosen setelah lulus S2 nanti.

Saat ngobrol-ngobrol dengan suami, dia menyetujui rencanaku dan mendukung penuh. Dan selama kuliah yang sangat hectic ditambah punya baby yang baru lahir, dia sangat membantu sekali. Beda dengan saat-saat aku kerja. Hehehe...

Apa yang aku butuhkan selama kuliah, dia selalu memenuhi kebutuhanku tersebut. contohnya nih ya..."Pa, aku butuh printer nih...biar nggak tiap hari ke rental buat ngeprint tugas-tugas". Dan Dia pun nggak menjawab kata-kataku,tapi tiba-tiba criiing, pulang kantor dia sudah membawa printer yang kubutuhkan. Dan kejadian-kejadian ini selalu berulang, kalau aku butuh apa...tiba-tiaba criiing sorenya ada, hehehe kayak sulap.

Selepas kuliah S2, rencana untuk beralih profesi menjadi dosen pun segera ingin kurealisasikan dengan mengajukan mutasi ke sebuah instansi pendidikan. meskipun prosesnya penuh drama, alhamdulillah sekarang aku sudah menjalani profesi tersebut.

Terkadang, kita tidak tahu akan menjadi apa dan seperti apa, tugas kita adalah berusaha menjalani dengan sebaik-baiknya dan penuh ikhlas dengan segala ketentuan-Nya.

Selesai.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar