Total Tayangan Halaman

10 Maret 2016

SEPOTONG HATI



Arin mengempaskan tubuhnya ke sofa begitu masuk ke dalam rumah, ditariknya nafas dalam-dalam. Dia merasakan sesak nafas yang muncul tiba-tiba. Bi Minah kemudian datang menghampiri dengan membawa segelas air putih. 

“Bu, silahkan diminum dulu, biar nggak berat nafasnya”

“Eh, trima kasih Bi’ Arin tersadar dari lamunannya

“Sedang apa Bagas Bi?”

“Sudah tidur Bu, tadi siang dia tidak mau tidur langsung belajar katanya banyak tugas sekolah, trus habis magrib makan jam 7 sudah tidur dia. Tugasnya semakin banyak katanya” Kata Bi Minah 

“Hmm...iya Bi, saya semingguan ini pulang terlambat karena lagi ada audit dari kantor pusat” Besok pagi-pagi biar saya saja yang mengantar Bagas, tolong bilangin ke supir antar jemputnya ya...”
“Saya mau masuk kamar dulu Bi, mau istirahat.”

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, kompleks perumahan Arin nampak sepi dan terdengar suara jangkrik yang memecah kesunyian malam itu.

Di dalam kamar, belum saja melepas baju kantornya Arin langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Teringat jelas suara Ibunya yang menelpon tadi siang, mengatakan Deddy teman satu SMA yang rumahnya masih satu komplek dengan rumah ibu Arin main ke rumah ibu Arin kemarin Sore.

“Nduk, kamu masih ingat Deddy kan teman SMAmu dulu,  kemarin mampir ke rumah dengan anaknya. Cantik anaknya seumuran Bagas, kelas 2 SD juga. Dia sekolah di SD Melati I, sama dengan sekolahmu yang dulu ya nduk.

“Hmm...dia sudah bercerai dengan istrinya satu tahun yang lalu, istrinya kecantol sama teman kerjanya. Tapi anaknya ikut dia, sekarang dia tinggal di rumah ibunya, karena tidak ada yang menjaga anaknya.”

Arin, hanya diam saja ketika ibunya bercerita tentang Deddy, karena dia dalam perjalanan pulang ke rumah ketika ibunya menelpon. 

Entah apa yang ibu ingin sampaikan, dikiranya hal penting yang harus disampaikan saat itu,. Karena tidak biasanya ibunya tetap melanjutkan telponnya ketika dia masih dijalan. 

Arin yang sekarang tampak lebih tegar dibandingkan Arin 2 tahun yang lalu, dimana suaminya Tito tiba-tiba pergi begitu saja tanpa kabar berita. Tito yang berprofesi sebagai fotografer freelance, memang sering mendapatkan job ke luar kota sampai berhari-hari. Tetapi biasanya dia akan memberikan kabar ketika pergi. Namun saat itu, tidak ada kabar berita dari Tito sampai 2 hari. 

Arin mulai cemas dan mencoba menelpon nomer telpon Tito, tetapi tidak aktif. Kemudian dia mencoba menelpon asisten Tito si Budi.

Dari seberang telpon tampak Budi menjelaskan sepertinya dia juga tidak tahu dimana Tito sekarang.
Selama ini Arin tidak pernah menaruh curiga pada Tito, Arin yang saat itu berada di puncak karir, dia sebentar lagi akan dipromosikan sebagai kepala Cabang sebuah kantor BUMN di Kota Padang. Hari-harinya habis untuk mengurusi urusan kantor, di mata Arin Tito tipe family man yang sangat perhatian dengan keluarga. Bahkan ketika Arin disibukkan dengan urusan kantor, Tito tidak segan-segan menghandle segala urusan rumah, termasuk mengurus Bagas.

Kepergian Tito memecah konsentrasi Arin, dengan seribu tanda tanya yang sampai sekarang bergelayut dikepalanya, Arin sama sekali tidak tahu alasan Tito pergi.
(Bersambung)

4 komentar:

  1. Kereeen, ga sabar baca lanjutannya ^^

    BalasHapus
  2. Kemanakah tito pergi?? Jangan2 dia diculik?? Owh... tidakk!!:D
    Aku menunggu sepotong hati 2 mbak maria..^_^

    BalasHapus
  3. Jadi tito blm pulang-pulang sampai sekarang? 2tahun lebih tak berkabar?

    BalasHapus
  4. Kayaknya gt ya vin, padahal uda 2 kali lebaran..ato nunggu lebaran ketiga?hehe
    Bagus maria,q tunggu lanjutannya..

    BalasHapus