Arin mengempaskan tubuhnya ke sofa begitu masuk ke dalam
rumah, ditariknya nafas dalam-dalam. Dia merasakan sesak nafas yang muncul
tiba-tiba. Bi Minah kemudian datang menghampiri dengan membawa segelas air
putih.
“Bu, silahkan diminum dulu, biar nggak berat nafasnya”
“Eh, trima kasih Bi’ Arin tersadar dari lamunannya
“Sedang apa Bagas Bi?”
“Sudah tidur Bu, tadi siang dia tidak mau tidur langsung
belajar katanya banyak tugas sekolah, trus habis magrib makan jam 7 sudah tidur
dia. Tugasnya semakin banyak katanya” Kata Bi Minah
“Hmm...iya Bi, saya semingguan ini pulang terlambat karena
lagi ada audit dari kantor pusat” Besok pagi-pagi biar saya saja yang mengantar
Bagas, tolong bilangin ke supir antar jemputnya ya...”
“Saya mau masuk kamar dulu Bi, mau istirahat.”
Waktu menunjukkan pukul 9 malam, kompleks perumahan Arin
nampak sepi dan terdengar suara jangkrik yang memecah kesunyian malam itu.
Di dalam kamar, belum saja melepas baju kantornya Arin
langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Teringat jelas suara Ibunya yang
menelpon tadi siang, mengatakan Deddy teman satu SMA yang rumahnya masih satu
komplek dengan rumah ibu Arin main ke rumah ibu Arin kemarin Sore.
“Nduk, kamu masih ingat Deddy kan teman SMAmu dulu, kemarin mampir ke rumah dengan anaknya. Cantik
anaknya seumuran Bagas, kelas 2 SD juga. Dia sekolah di SD Melati I, sama
dengan sekolahmu yang dulu ya nduk.
“Hmm...dia sudah bercerai dengan istrinya satu tahun yang
lalu, istrinya kecantol sama teman kerjanya. Tapi anaknya ikut dia, sekarang
dia tinggal di rumah ibunya, karena tidak ada yang menjaga anaknya.”
Arin, hanya diam saja ketika ibunya bercerita tentang Deddy,
karena dia dalam perjalanan pulang ke rumah ketika ibunya menelpon.
Entah apa yang ibu ingin sampaikan, dikiranya hal penting
yang harus disampaikan saat itu,. Karena tidak biasanya ibunya tetap
melanjutkan telponnya ketika dia masih dijalan.
Arin yang sekarang tampak lebih tegar dibandingkan Arin 2
tahun yang lalu, dimana suaminya Tito tiba-tiba pergi begitu saja tanpa kabar
berita. Tito yang berprofesi sebagai fotografer freelance, memang sering
mendapatkan job ke luar kota sampai berhari-hari. Tetapi biasanya dia akan memberikan
kabar ketika pergi. Namun saat itu, tidak ada kabar berita dari Tito sampai 2
hari.
Arin mulai cemas dan mencoba menelpon nomer telpon Tito,
tetapi tidak aktif. Kemudian dia mencoba menelpon asisten Tito si Budi.
Dari seberang telpon tampak Budi menjelaskan sepertinya dia
juga tidak tahu dimana Tito sekarang.
Selama ini Arin tidak pernah menaruh curiga pada Tito, Arin
yang saat itu berada di puncak karir, dia sebentar lagi akan dipromosikan
sebagai kepala Cabang sebuah kantor BUMN di Kota Padang. Hari-harinya habis
untuk mengurusi urusan kantor, di mata Arin Tito tipe family man yang sangat
perhatian dengan keluarga. Bahkan ketika Arin disibukkan dengan urusan kantor,
Tito tidak segan-segan menghandle segala urusan rumah, termasuk mengurus Bagas.
Kepergian Tito memecah konsentrasi Arin, dengan seribu tanda
tanya yang sampai sekarang bergelayut dikepalanya, Arin sama sekali tidak tahu
alasan Tito pergi.
(Bersambung)
Kereeen, ga sabar baca lanjutannya ^^
BalasHapusKemanakah tito pergi?? Jangan2 dia diculik?? Owh... tidakk!!:D
BalasHapusAku menunggu sepotong hati 2 mbak maria..^_^
Jadi tito blm pulang-pulang sampai sekarang? 2tahun lebih tak berkabar?
BalasHapusKayaknya gt ya vin, padahal uda 2 kali lebaran..ato nunggu lebaran ketiga?hehe
BalasHapusBagus maria,q tunggu lanjutannya..