Total Tayangan Halaman

31 Maret 2016

Di ruang Tunggu Dokter kandungan



Gangguan nyeri perut yang sudah beberapa hari kurasakan, akhirnya membuat saya memutuskan hari ini mengunjungi dokter Spesialis Kandungan (lagi).
Dalam bulan ini sudah tiga kali saya mengunjungi praktek dokter kandungan.
Tapi kali ini dengan dokter yang berbeda.


Kali ini bukan untuk memeriksakan kehamilan, tetapi karena memilih menggunakan kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) yang sering dikenal dengan sebutan KB Spiral, meskipun IUD sekarang jarang yang berbentuk spiral yang paling populer adalah bentuk T. Membuat dokter spesialis kandungan termasuk daftar list yang harus saya kunjungi minimal 6 bulan sekali.

Saya tidak akan membahas tentang alat kontrasepsi IUD, yang akan saya bahas adalah suasana di ruang tamu dokter spesialis kandungan.

Ada fenomena yang menarik menurut saya, sebagian besar wanita yang datang memeriksakan kehamilannya (dilihat dari bentuk perutnya) banyak yang ditemani oleh suami maupun oleh saudara. Yang pasti ada yang menemani

Hmm...sedangkan yang periksa selain kehamilan lebih banyak yang datang sendiri, termasuk saya….Huhuhu #eh

Bukan baper karena melihat para ibu yang didampingi suami, tetapi memang kondisi yang mendesak harus segera periksa dan suami sedang ada tugas ke luar kota...ya...sudahlah yaa :)

Namun yang saya amati, meskipun para ibu hamil ini ditemani oleh para suami tetapi jarang yang ngobrol berdua. Lebih banyak yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing (terutama si suami) sepertinya tidak mau lepas dari layar handphonenya. #Duh


Ibu hamil yang ditemani oleh ibu atau saudara, lebih banyak yang saling berbicara satu sama lain. meskipun ada sebagian yang sesekali mengamati layar handphonenya.


Yup, fenomena ini yang sekarang sering terjadi, ibu hamil yang seharusnya lebih banyak diajak ngobrol, disayang dan diperhatikan sepertinya keberadaannya sedikit bergeser oleh kedudukan handphone suaminya. hehe…

Tidak hanya ibu hamil, perhatian Bapak ke anaknya juga semakin berkurang di era gadget sekarang ini. Tadi sempat memperhatikan ada ibu hamil diantar suami dan 3 orang anaknya tiga-tiganya masih kecil sepertinya masih usia balita.

Hmm….nggak kebayang repotnya ya :), dan si Bapak sibuk memperhatikan layar handponenya sedangkan ibunya sudah hamil matanya fokus melhat tingkah polah anaknya.

Teringat masa kecilku yang sangat bahagia menurut versiku, hihihi…, Berbeda dengan zaman sekarang, dimana tidak ada pihak ketiga diantara anak dan ayah maupun anak dan ibu. yup, pihak ketiganya lagi-lagi adalah gadget. Hehe….

Bisa merasakan kasih sayang seorang Bapak setiap hari, bahkan kasih sayang dan perhatiannya melebihi kasih sayang seorang Ibu. Jadi merasa mempunyai  2 ibu satu ayah, Gimana tidak seperti seorang ibu.

Ketika kami masih kecil-kecil.  Setiap hari Bapak membantu Ibu di dapur memasak untuk sarapan, Bapak yang menyiapkan sarapan di meja makan. sedangkan ibu bertugas beres-beres rumah, dan mencuci pakaian.

Semua kebutuhan anak-anak menjelang sekolah Bapak yang membantu menyiapkan, termasuk menguncir rambutku dan kakakku setiap pagi.

Bahagia masa kecilku waktu itu, kalau sekarang masih adakah yang seperti itu?
Hmm...anak-anak saya sepertinya juga tidak merasakan hal yang kurasakan dulu.
Sesekali, papaya membantu menyiapkan anak-anak ketika mau sekolah. Tetapi tergantung mood.

Hmm...coba klo ibu melayani keluarga by mood. Bisa nggak makan, nggak sekolah anak-anak.

Memang agak susah, melibatkan Bapak masa kini turut serta dalam urusan domestik, paling tidak membantu mengurus anak-anak.

Ini yang masih menjadi PR besar buat saya, juga ibu-ibu sebagian besar sekarang ini. Bersyukurlah bagi para Ibu yang bisa mengajak suami turut membantu mengurus anak-anak secara konsisten.

Semoga para suami segera mendapat hidayah, amiin.

Tetap semangat deh
#KIsahkuHariRabu29Maret






3 komentar: